Akhirnya pulang.
Sienna memperhatikan jalanan kota dari jendela mobil. Walau diterpa gerimis, jalanan kota dikala malam masih sangat menawan.
Dibukanya jendela sedikit, membiarkan angin dingin menusuk wajahnya.
“Dingin Na.”
Sienna menoleh, di sebelahnya Elang sedang bergidik. Menjatuhkan jaket berwarna hitam ke atas pangkuan.
“Jangan sampai kedinginan.”
Dua puluh dua menit berkendara, mobil Elang akhirnya sampai di bandara.
Sienna melihat jam, tujuh tiga puluh sembilan.
“Boarding jam berapa?”
“Jam delapan.”
“Sepupu.”
Sienna mendongak, tersenyum melihat Elang melebarkan tangannya minta dipeluk.
“Makasih ya.” Kata Sienna.
Elang melepaskan pelukan sambil mengacak rambut Sienna pelan.
“Gue titip salam buat Om sama Tante.”
Sienna mengangguk, menarik koper ke dekatnya lalu melambaikan tangan ke depan wajah Elang.
“Gue duluan.”
Sienna menyeberang sendirian. Berbalik melambai lagi sebelum kakinya benar-benar melangkah pergi.
Aku juga ingin menitipkan beberapa hal. Salah satunya, cerita yang ku paksa selesai tanpa permulaan.
Aku titip semua yang ku tinggal. Biar kota ini kubur bersama kenangan. Dan biarkan waktu membuatnya jadi usang.
Terima kasih untuk segalanya. Untuk semuanya. Juga untuk cerita kita.
Selamat tinggal ya kalian berdua. Semoga berbahagia sampai tua.