Di atas altar pernikahan


Kaleo menyesap teh hijaunya sembari terus memperhatikan kalimat terakhir dari isi pesannya dengan Kalindra.

Undangan pernikahan dia dan Sienna.

Kaleo tersenyum tipis, tehnya sudah habis tapi rasa pahit masih tersisa sedikit diujung lidah.

Disesapnya sisa rasa pahit itu hingga memenuhi rongga mulut sambil menutup mata.

Pernikahan ya?

Dibukanya mata, diarahkannya tatapan pada satu kotak kecil di ujung nakas sebelah tempat tidur.

Sebuah kotak cincin yang entah sejak kapan disiapkannya.

Diangkatnya tangan kiri sampai sejajar dengan muka.

Cincin pernikahan diletakkan di jari manis kan?

Sambil bersandar dan mendongakkan kepala menatap tangan kirinya, pikiran Kaleo mulai berandai, tentang semua skenario indah yang hanya di isi dia dan Sienna.

Bibirnya bahkan naik membentuk sabit kecil hanya karena hal-hal yang ada di kepalanya.

Bagaimana jika satu dari banyaknya skenario indah yang dia buat tadi dikabulkan Tuhan?

Bagaimana jika dia dan Sienna benar-benar berakhir di atas altar pernikahan?