Kalindra Agatma


Ada sepuluh lembar.

Sisa kertas dari diary —buku tipis usang— yang lebih banyak dirobek.

Warnanya coklat. Terbakar sedikit di ujung kanan.

Saat ku buka, lembar pertama tertulis “Sienna Gracelynn. Dari mimpi, harapan dan mungkin saja, cinta.”

Aku tersenyum saat membaca.

Isinya adalah semua hal yang disukai Sienna. Bucket list yang sudah dicentang beberapa, dan juga, nama yang tak asing bagi kami berdua.

Kaleo Gilang Raya. Untuk kamu yang aku suka.

Mataku melebar. Ku tarik tangan menutup mulut, segera membalik halaman pertama.

Sienna suka bunga tulip merah muda. Aroma pantai juga debur ombak di bawah kakinya. Dan semua hal yang sering ku lakukan dengan Kaleo saat dia dan aku masih bersama.

Dua bahuku melorot tajam ke bawah.

Pantas saja. Mengingat perpisahan ku dengan Kaleo dan perasaan ku yang biasa saja setelahnya, menjelaskan semuanya.

Oh Tuhan, ternyata memang benar begitu.

Semua bunga tulip itu, seharusnya memang bukan untukku.

Perasaan cinta Kaleo sejak awal memang tak pernah menjadi milik aku.

Dan perasaan sayang ku padanya hanya sebatas harapan semu.

Kaleo dan aku tertipu.

Semua perasaannya milik Sienna. Perasaan ku juga sepenuhnya tak pernah jadi milik Kaleo seutuhnya.

Aku tidak pernah memberikan perasaan itu secara nyata.

Kaleo dan aku, tak sadar telah gagal menjelaskan perasaan kami berdua.

Kami pikir, cinta kami adalah nyata padahal sebenarnya kami hanya mengulur waktu, membelenggu perasaan yang semakin lama semakin ingin berpisah.

Nyatanya itu bukan rasa cinta tapi tipu daya adrenalin dan imajinasi kami yang terus berpikir bagaimana rasanya jika kami bersama.

Lalu akhirnya di waktu yang jauh dari tepat, aku tersadar.

Aku bukan hanya menyakiti hati Sienna. Tapi juga menyakiti perasaan ku karena telah mengkhianatinya tanpa sengaja.

Sienna merelakan perasaannya demi imajinasi konyol ku dan Kaleo yang sebenarnya tak pernah saling jatuh cinta.