Satu buku tak lekang waktu
Dua lelaki itu duduk bersebelahan, menghadap sungai di bawah lampu jalan.
Kaleo tak paham kenapa lelaki ini memintanya bertemu.
Memintanya untuk mundur kah?
“Sienna itu senang sekali menulis diary” Katanya tiba-tiba.
Kaleo mengerutkan kening. Kenapa dia tiba-tiba membicarakan tentang diary.
“Kamu tahu? Dia pernah menulis satu buku penuh kalimat indah hanya untuk kamu.”
“Maksud lo diary yang udah dibakar Elang?”
“Bukan itu. Ada lagi satu.” Dia menggeleng, lalu menoleh ingin memperhatikan ekspresi Kaleo.
“Satu buku penuh dengan doa dan harapan, semua hal baik yang pernah kamu lakukan.”
“Dari mana lo tau? Kalau emang ada buku yang lain?”
Kaleo menatap dari sudut matanya. Agak sangsi karena tak tahu apa yang diinginkan lelaki yang duduk di sebelahnya.
“Di dalam hatinya.” Katanya tenang.
“Dia tulis semua cerita kalian di seluruh tubuhnya. Mungkin buku yang dia tulis dengan tangan, dia tinggal di kota ini. Tapi yang dia tulis dengan hati selalu dia bawa ke mana pun dia pergi.”
“Sekarang, apa kamu paham maksud saya apa?”