goldenhourr


Kening Kailen mengerut saat mobil yang ditumpanginya bersama Jesandra berhenti di salah satu kafe.

“Kita mau ke mana lagi?” Tanya Kailen menolehkan kepalanya ke arah Jesandra.

“Yuk keluar.”

Mendapat jawaban yang berbeda membuat Kailen berpikir, mungkin saja Jesandra ingin mengajaknya menghabiskan waktu sedikit lebih lama berdua.

Bibirnya tak berhenti tersenyum walau kakinya sudah menapaki lantai keramik kafe.

“Jesa!”

Suara yang tak asing di telinga, membuat Kailen langsung tahu siapa pemiliknya.

Ternyata Jesandra membawanya ke sini bukan untuk menghabiskan waktu berdua.

“Laura?”

“Iya, tadi dia minta tolong aku, mau numpang pulang. Kamu gak apa-apa kan?”

Tak ingin memperpanjang masalah, Kailen tersenyum tipis lalu mengangguk.

“Sekalian pulang aja ya.” Ucap Jesandra saat Laura sudah berdiri di depan mereka.

Setelah menunggu Laura membayar minumannya, akhirnya ketiga orang itu keluar berjalan ke arah parkiran.

Langkah Kailen tiba-tiba terhenti saat ingin memasuki mobil. Laura yang tadi berdiri tak jauh di belakangnya lebih cepat membuka pintu mobil bagian depan dan langsung duduk.

“Untung banget lo lagi di luar, gue jadi gak perlu mesen gojek deh.” Oceh Laura sambil tertawa.

Kailen sangat ingin memprotes tapi rasanya terlalu malas, karenanya dia langsung duduk di kursi belakang tanpa banyak bicara.

Dia hanya diam saja, memperhatikan pacar dan teman pacarnya yang sedang bercanda. Entah kenapa rasanya hari ini lebih jenuh dari biasanya.

Glonixia Flowers


Ivy


Ivy Flowers : Friendship.

Geranium Flowers


Geranium : Lost hope.

Fitting


“Ivy, menurut kamu gimana? Ini gaunnya cantik gak?”

“Ivy?”

Ivy tersentak kaget tak sadar tengah melamun saat menemani Neyna mencoba gaun pengantinnya.

Tangan lembut dan wajah bingung Neyna kini berada tepat di depan wajahnya.

Mata bulat itu berkedip dua kali, sabar menunggu respon dari Ivy.

“Ah, Neyna lo cantik banget.” Jawab Ivy segera.

Wajahnya dengan cepat memberikan senyum ramah.

“Oh ya? Gak lagi bohong kan?” Tanya Neyna kembali memastikan.

Ivy menarik senyum tipis lalu menggeleng.

“Apapun yang lo pakai, lo selalu cantik Ney. Serius.”

“Oh iya Ney. Lo sama Anka kan baru beberapa bulan pacaran kok nyiapin pernikahan lo cepet banget?”

“Hm? Kita udah siapin dari tahun lalu kok Vy.” Tidak terlalu mendengar dengan jelas seluruh kalimat yang Ivy katakan.

“Tahun lalu?”

“Iya. Aku sama Anka udah lama siapinnya, makanya ini tinggal dikit lagi persiapannya selesai.”

prologue.


Kau tahu satu hal yang paling ku inginkan di dunia ini?

Sebuah gaun pengantin.

Aku rasa semua wanita pasti bermimpi memakainya. Setidaknya sekali seumur hidup.

Memimpikan memakai gaun pengantin yang cantik lalu berjalan di altar dengan membawa sebuket bunga di tangan.

Dan, laki-laki yang kau cintai berdiri di sudut lain altar, menunggu mu dengan senyum lebar.

Setelah memimpikan hal itu bertahun-tahun akhirnya aku sampai pada harinya.

Hari ketika lelaki yang aku cintai segenap hati berdiri di atas altar dengan menggenggam tangan wanita yang sebentar lagi menjadi istrinya.

Iya, pernikahan yang selalu ku impikan itu hanya sampai dalam anganku.

Hyacinth Flowers.


Hyacinth : This symbol of sorrow is also a celebration of life.

Wedding Dress.


Ivy berdiri diam memperhatikan satu gaun pengantin yang terpajang cantik di salah satu toko.

Matanya menelusuri setiap lekuk, setiap detail dari gaun itu.

Tiba-tiba ada perasaan gundah di hatinya tatkala kepalanya kembali mengingat bagaimana cantiknya Neyna saat melakukan fitting beberapa hari lalu.

Saat itu Neyna memintanya untuk ikut karena tubuhnya harus diukur untuk gaun pengiring wanita nanti.

Gaun pengiring wanita.

Satu hal yang tak bisa dia terima tapi tetap harus dia lakukan demi temannya.

Teman lelaki yang sangat dikasihinya.

Jika saja, gaun pengantin itu adalah miliknya. Jika saja, yang akan menjadi pengantin wanita itu adalah dirinya. Jika saja...

Jika saja, Anka juga mencintai dia sedalam cintanya pada Anka.

It'll be okay.


Aku akan baik-baik saja.

If you tell me you're leaving. I'll make it easy, it'll be okay. If we can't stop the bleeding. We don't have to fix it. We don't have to stay.

I will love you either way.

—Shawn Mendes.

A Soulmate who wasn't meant to be


“Belahan jiwa yang tidak ditakdirkan bersama.”

When I look into your eyes A soulmate who wasn't meant to be. Stranger, who knows all my secrets. Can pull me apart and break my heart. A soulmate who wasn't meant to be.

Wish I could go back to the day we met and leave you be.

—Jessica Benko.