goldenhourr

Polaroid si kenangan lama


Ada satu foto yang tertinggal. Foto yang menampilkan wajah bahagia Sienna saat meniup lilin di atas kue yang dibawa Kaleo.

Sepertinya ini saat hari ulang tahunnya.

Aku berani bertaruh jika foto ini diambil saat mereka masih duduk di kursi sekolah.

“Lagi ngeliat foto lama?”

Suara pelan yang bertanya dari arah pintu membuatku menoleh. Ada kakak Sienna di sana, sedang memperhatikan sambil tersenyum tipis.

“Ini foto kapan?” Kata ku sambil menarik jari menunjuk.

Dipta akhirnya berjalan masuk, ikut memperhatikan foto yang ku tunjuk lalu mengangguk.

“Ini waktu ulang tahun Sienna yang ke sembilan belas.”

Itu artinya, foto ini diambil saat Sienna masih menyimpan rasa untuk Kaleo. Pantas saja raut wajahnya terlihat begitu bahagia.

“Dan laki-laki ini?”

“Oh, lo gak tahu ya? Dia Kaleo, temen Sienna dari sekolah menengah.”

When they both at seventh grade. Sekali lagi kalimat yang diucapkan Elang tempo hari muncul sangat nyaring di kepalaku.

Are they even that close?”

Sebenarnya ini pertanyaan bodoh. Bagaimana mungkin aku tidak tahu mereka sedekat itu walau hanya dari satu foto. Namun, reaksi Dipta yang ringan tadi memancing ku untuk bertanya.

Aku menatap Dipta dari ujung mata. Mencoba memperhatikan detail ekspresi wajahnya saat aku berpura-pura bertanya tanpa menoleh.

They are.” Katanya, bahkan dengan senyum yang lebar.

“Gue dulu bahkan sempat kepikiran kalau mereka saling suka atau mungkin salah satunya punya rasa yang lebih ke yang lainnya.”

“Menurut mu begitu?”

Aku menunggu jawaban secara lisan tapi Dipta hanya mengangguk, juga menggeleng.

“Gue gak tau banyak tentang mereka berdua. Tapi gue tahu banyak tentang lo sama Sienna. Kayaknya sikap lo yang tiba-tiba jadi pendiam karena masalah ini ya?”

Aku terperangah, ternyata Dipta telah membaca suasana dengan begitu baik, sampai aku sendiri tak sadar jika dia sedang mengawasi aku dan Sienna.

“Bagaimana jika mereka berdua ternyata masih menyimpan rasa yang sama?”

Aku ingin bertanya. Aku ingin tahu semua jawaban dari orang-orang terdekat Sienna. Aku ingin mereka memberitahu ku, kepada siapa cinta Sienna sebenarnya.

“Tanya langsung sama mereka. Lo harus denger jawaban itu langsung dari mereka.”

Tapi ku rasa, tanpa bertanya pun aku sudah tahu jawaban apa yang akan diberikan Sienna.

Lagi


Lagi-lagi buket bunga tulip yang ku lihat di ruang tengah rumah ini.

Jika ku perhatikan lagi, sepertinya buket itu baru dikirimkan hari ini. Padahal kemarin aku memberinya bunga mawar.

Bunga yang katanya paling dia sukai. Nyatanya mawar dari ku tak dapat menggeser eksistensi tulip dari cinta lama.

Aku rasa sudah cukup di sini. Semakin lama, semakin sakit jika terus ku hindari.

Di atas altar pernikahan


Kaleo menyesap teh hijaunya sembari terus memperhatikan kalimat terakhir dari isi pesannya dengan Kalindra.

Undangan pernikahan dia dan Sienna.

Kaleo tersenyum tipis, tehnya sudah habis tapi rasa pahit masih tersisa sedikit diujung lidah.

Disesapnya sisa rasa pahit itu hingga memenuhi rongga mulut sambil menutup mata.

Pernikahan ya?

Dibukanya mata, diarahkannya tatapan pada satu kotak kecil di ujung nakas sebelah tempat tidur.

Sebuah kotak cincin yang entah sejak kapan disiapkannya.

Diangkatnya tangan kiri sampai sejajar dengan muka.

Cincin pernikahan diletakkan di jari manis kan?

Sambil bersandar dan mendongakkan kepala menatap tangan kirinya, pikiran Kaleo mulai berandai, tentang semua skenario indah yang hanya di isi dia dan Sienna.

Bibirnya bahkan naik membentuk sabit kecil hanya karena hal-hal yang ada di kepalanya.

Bagaimana jika satu dari banyaknya skenario indah yang dia buat tadi dikabulkan Tuhan?

Bagaimana jika dia dan Sienna benar-benar berakhir di atas altar pernikahan?

Bertemu di ujung mata


28 Juli sepertinya akan jadi tanggal yang tidak akan terlupakan.

Sepertinya setelah ini, aku harus mengucapkan banyak terima kasih pada Elang.

Setelah hanya melihat punggung dan mendengar suaranya saja, sekarang aku dapat melihat dengan jelas, Kaleo itu orang yang seperti apa.

Di ujung ruangan, tengah berbincang dengan beberapa orang.

Jadi dia si Kaleo itu.

Tatapan kami tak sengaja bertemu, tapi Kaleo membalas tatapanku dengan tersenyum dan sedikit membungkuk. Padahal aku menatapnya dari sudut mata. Cara paling tidak ramah memandang seseorang yang tak kita kenal.

Sekarang aku mulai paham. Pantas saja Sienna pernah menaruh rasa padanya.

Melihatnya dari jauh saja aku bisa mengatakan jika dia punya aura yang dapat membuat orang-orang disekitarnya nyaman.

Aku iri.

Dia terlihat begitu sempurna, terlihat lebih layak bersanding dengan Sienna.

Sedangkan aku, berdiri di ujung sini masih terus berpikir bagaimana cara mengalahkannya.

Mengalahkan lelaki yang pertama kali Sienna cinta.

Can you do me a favor?


Can you do me a favor?

“Hm?” Jawab Sienna sambil membereskan sisa obat di atas meja.

Would you promise to not leave me?”

Sienna menoleh, menatap kekasihnya dengan kening berkerut.

Dia diam cukup lama sebelum akhirnya duduk di tepi ranjang lalu merapikan rambut yang mengenai mata kekasihnya.

“Kamu kenapa?” Katanya.

Yang ditanya menggeleng, tersenyum tipis sembari mengapit tangan Sienna dalam genggamannya.

Ibu jarinya sesekali mengelus punggung tangan Sienna.

“Kamu tidur aja.” Kata Sienna.

Sang kekasih mendongakkan kepalanya, seakan meminta Sienna untuk tidak pergi dengan matanya.

Sienna tersenyum geli, lelaki di depannya ini seperti seorang bayi yang takut ibunya pergi.

“Kamu tidur aja, aku tungguin. Aku baru pulang kalau kamu udah tidur.”

Bagaimana jika yang ku inginkan, bukan kamu yang hanya menemani sampai aku tertidur tapi juga wanita yang pertama kali aku lihat saat aku bangun?

I want to try


You don't deserve her.

Kalimat itu terus berputar di kepala Kaleo.

Dia tahu, dia sangat tahu jika Elang tak pernah menyukainya. Tapi apa dia memang tak sepantas itu mendapatkan Sienna?

Bukan niat hatinya menyepelekan perasaan Sienna. Dia bahkan tak tahu.

Yang dia tahu dan yang dia inginkan adalah dia yang menyukai Sienna dan tak ingin perasaan itu merusak hubungan pertemanan mereka yang sudah lama.

Tapi, apa salah jika dia ingin mencoba memperjuangkan apa yang pernah dilewatkannya?

Bahkan jika dia tidak jadi pemenang di akhir, setidaknya dia ingin mencoba.

Dia ingin Sienna tahu kalau perasaannya dari dulu sampai sekarang masih milik gadis itu.

Kalau mereka berdua, sama-sama memendam perasaan cinta dalam waktu yang lama.

Buku yang tak sama


Isi pesan terakhir yang dia kirim pada Sienna adalah dia yang sedang bersiap untuk tidur.

Tapi sebenarnya, matanya masih terjaga. Karena pertemuannya dengan Kaleo tadi membuatnya semakin penasaran dengan isi dari ponsel lama Sienna.

Diambil dan dihidupkannya. Tangannya menggulir layar ponsel itu tanpa berkedip.

Ada satu file yang dikunci Sienna. Satu file yang sepertinya penuh kenangan lama.

Dia ingin membukanya, ingin melihat apa isi dari file yang dikunci itu.

Tapi sudah berkali-kali dia mencoba, dengan menekan banyak kombinasi angka, tetap saja pin yang dia masukan salah. File itu tidak mau terbuka.

Tanggal lahir Kaleo kah?

Dilihatnya kalender ponsel, digulirnya ke kiri kanan sampai sebuah gambar hati kecil tanpa warna muncul di atas angka yang ia pilih.

13 Agustus.

Hatinya mencelos. Ternyata mereka lahir di bulan yang sama.

Bagaimana ya perasaan Sienna saat tahu aku dan Kaleo lahir di bulan yang sama?

Tak ingin memikirkan hal itu terlalu lama, dia segera kembali menekan angka ke atas pin, tapi tanggal lahir Kaleo bukanlah pinnya.

Jika bukan lalu apa?

Dilihatnya lagi kalender ponsel, digulirnya sampai bosan lalu di kembalikannya ke halaman utama.

Ada satu note di atas layar yang luput dari perhatiannya. Note digital yang bertuliskan empat angka.

14/08

Itu kah pinnya?

Dicobanya empat angka itu ke dalam pin dan benar saja filenya mau terbuka.

Ada ratusan foto dengan kalimat indah, juga foto Kaleo yang Sienna ambil diam-diam tersimpan rapi di dalamfolder yang berbeda-beda.

Sienna bahkan tak pernah lupa menambahkan tanda hati kecil di setiap foto Kaleo yang dia punya.

Ternyata buku yang Sienna buang tidak sama seperti yang dia bawa.


14/08 adalah hari keberangkatan Sienna tiga setengah tahun yang lalu.

Satu buku tak lekang waktu


Dua lelaki itu duduk bersebelahan, menghadap sungai di bawah lampu jalan.

Kaleo tak paham kenapa lelaki ini memintanya bertemu.

Memintanya untuk mundur kah?

“Sienna itu senang sekali menulis diary” Katanya tiba-tiba.

Kaleo mengerutkan kening. Kenapa dia tiba-tiba membicarakan tentang diary.

“Kamu tahu? Dia pernah menulis satu buku penuh kalimat indah hanya untuk kamu.”

“Maksud lo diary yang udah dibakar Elang?”

“Bukan itu. Ada lagi satu.” Dia menggeleng, lalu menoleh ingin memperhatikan ekspresi Kaleo.

“Satu buku penuh dengan doa dan harapan, semua hal baik yang pernah kamu lakukan.”

“Dari mana lo tau? Kalau emang ada buku yang lain?”

Kaleo menatap dari sudut matanya. Agak sangsi karena tak tahu apa yang diinginkan lelaki yang duduk di sebelahnya.

“Di dalam hatinya.” Katanya tenang.

“Dia tulis semua cerita kalian di seluruh tubuhnya. Mungkin buku yang dia tulis dengan tangan, dia tinggal di kota ini. Tapi yang dia tulis dengan hati selalu dia bawa ke mana pun dia pergi.”

“Sekarang, apa kamu paham maksud saya apa?”

Dua lelaki itu duduk berhadapan dalam diam. Saling memperhatikan dan menilai dalam kepala masing-masing.

“Kenapa Lo ngajak gue ketemu?” Tanya Kaleo, nadanya terdengar agak ketus tapi getar di akhir kalimatnya tidak menutupi rasa gugupnya.

Manusia di depannya ini adalah kekasih Sienna. Seseorang yang harus dia kalahkan demi mendapatkan gadis yang telah lama dia suka.

“Saya

Buket tulip —Dari kekasih Sienna.


Saat berjalan hendak keluar, matanya tak sengaja menangkap buket tulip merah muda di dekat jendela rumah tamu.

Didekatinya, di perhatikannya lamat-lamat lalu di ambilnya.

Dia menarik kartu di atas buket yang masih bertuliskan nama yang sama.

From. K.

Kaleo

Dia sudah lama tahu nama itu, walaupun yang tertulis di atas kartu ini hanya inisialnya saja, tapi dia tahu jika Kaleo adalah pengirimnya.

Hanya saja dia adalah orang baru yang tak begitu tahu bagaimana cerita dua orang ini dulu.

Perasaannya sekarang tentu saja campur aduk. Tapi, dia sangat tahu diri.

Posisinya sekarang —walaupun statusnya adalah kekasih Sienna, dia tetap manusia baru yang masuk ke dalam salah satu cerita gadis itu dengan izin yang begitu sulit.

Sedangkan Kaleo?

Bagaimana caranya menang dari manusia yang lebih dulu mengenalnya?

Kenapa aku merasa tidak adil padahal bukan salah mereka jika masih menyimpan rasa.

Aku bukan orang yang serakah hanya saja, aku ingin Sienna jadi milikku saja.