goldenhourr

Kebetulan


“Sienna.” Panggil Kaleo berusaha membuat kaget gadis yang tengah berjalan di depannya.

“Aaahhh!”

Sienna berteriak, walau tak begitu keras tapi cukup membuat beberapa pasang mata lain menatapnya aneh.

Dia duduk berjongkok, memegangi dadanya sambil menghembuskan napas beberapa kali.

“Kaleo.” Katanya marah.

Kaleo hanya tertawa renyah, membiarkan pukulan kecil Sienna mengenai lengan kirinya.

“Ngapain sih segala ngagetin.” Katanya sambil merengut.

“Lo tumben mau jalan ke cafe sendirian? Biasanya juga ditemenin Elang.”

Sebenarnya Sienna ingin marah lagi. Marah karena kalimatnya tadi malah dialihkan begitu saja. Namun, rasa kesalnya yang tadi langsung hilang saat melihat Kaleo duduk berjongkok di depannya.

“Kalau pakai sepatu tali jangan lupa diikat kuat Na. Kalau keinjak lo nanti jatuh.” Kata Kaleo, sembari fokus mengikat tali sepatu Sienna.

Sienna hanya diam melihat bagaimana Kaleo memperlakukan dia seperti segalanya bagi lelaki itu.

“Jangan sampai jatuh.” Katanya.

Kaleo menepuk kepala Sienna dengan senyum merekah.

Sienna menatapnya tepat ke mata, sudah membuka mulut hendak berbicara tapi tak jadi karena ada suara wanita lain memanggil Kaleo tak jauh dari mereka.

“Gue duluan ya Na, Ibu udah manggil.” Katanya berpamitan.

Sienna mengangguk lalu menarik sedikit lengan baju Kaleo untuk berbicara.

“Gue titip salam buat Mama lo ya.” Katanya sambil tersenyum tipis ke arah Ibu Kaleo tak jauh di depannya.

Sebenarnya malam itu


Kali ini aku menangis, biasanya tak pernah seperti ini. Aku selalu berhasil mengalihkan emosi, tapi setelah bertemu dia hatiku tak dapat diajak berkompromi.

Kaleo, jangan suka gue. Gue udah gak bisa kasih rasa yang sama. Lupain ya.

Kenapa rasanya sakit sekali.

Sebenarnya malam itu, malam di mana aku bermimpi melamarnya.

Wanita itu adalah Sienna, bukan Kalindra.

Cincin yang ku pesan dengan pertama merah muda di atasnya adalah milik Sienna.

Sejak awal aku tahu kalau aku menyukainya tapi aku terus menyangkal dengan mengatakan kalau aku menyukai Kalindra lebih dari Sienna.

Sampai semua sangkalan ku akhirnya membuat dia pergi jauh bahkan tak lagi menginginkan kami kembali bersama.

A warm embrace


Hey, I miss–”

Kalimat Sienna terputus saat kekasihnya tanpa aba-aba menarik tubuh Sienna dalam pelukan.

Pelukan yang hangat dan erat.

I miss you.” Katanya parau.

Sienna tersenyum, ikut melingkarkan tangannya ke tubuh sang kekasih.

Dua anak manusia itu saling memberi pelukan hangat di depan pintu.

“Kamu kenapa ke sini gak kasih tau aku dulu sih, kan bisa aku jemput.”

Sienna mencoba melepaskan pelukan dan berbicara sambil menatap mata kekasih. Tapi, pelukannya malah semakin erat di pinggang Sienna.

Sikapnya yang terkesan membuat Sienna sedikit mengerutkan dahi, tapi alih-alih berpikir negatif dia berpikir sebaliknya.

Mungkin saja kekasihnya ini sangat merindukan dia sampai-sampai tidak ingin melepaskan pelukannya.

“Hey, aku gak ke mana-mana. Kamu lepas pelukannya juga aku gak pergi.” Katanya menenangkan.

Pelukan erat tadi melonggar, tapi tak dilepaskan. Sienna mendongak ingin memperhatikan tapi sang kekasih malah menyatukan kening mereka sambil menutup mata.

Aku tidak tahu. Aku tidak yakin apakah kamu akan tetap di sisiku setelah dia menyatakan perasaannya kemarin.

Karena dia, manusia yang paling kamu suka.

Kaleo perasaan ku untuk mu semakin memudar.

Awalnya ku pikir, jika kita bertemu perasaan yang susah payah ku relakan akan kembali padamu.

Ternyata, setelah kita bertemu hari itu, perasaan ku untuk mu sudah biasa saja.

Debaran yang ku rasa saat itu hanya sebentar dan tak lagi ku rasa.

Aku tidak tahu jika dia mencintai aku di saat rasa cinta ku padanya sudah ada lagi.

Aku benar-benar terkejut dengan

Which flowers?


Sienna mematikan ponselnya sambil tersenyum.

Ditolehkannya kepala ke atas lemari pendek di dekat pintu.

Ada buket bunga mawar di sana.

Benda yang selalu dia lihat sebelum tidur dan yang pertama kali dia cari saat bangun.

Awalnya bibirnya membentuk sabit yang cantik tapi sabit itu seketika hilang saat kepalanya mengingat buket bunga tulip dari Kaleo yang dipajangnya di ruang tamu.

Tulip dan mawar ya?

Kalau diingat lagi, tulip adalah bunga yang dia suka dari masih remaja, lalu baru satu setengah tahun ini bunga mawar menggantikan eksistensinya.

I never thought I would like that flower THAT much.

But the question is: which flowers you like?

Gelato


Kaleo menarik helai rambut Sienna yang berantakan ke belakang telinga.

Menatap manik gadis itu sambil tersenyum lembut.

“Rambut lo masuk ke gelato nanti. Ikat aja.” Katanya menjawab ekspresi bertanya Sienna.

Gadis itu mengangguk lalu menggenggam seluruh rambutnya dengan satu tangan dengan tangan yang lain menarik jepit rambut dari tasnya.

God. I'm in love. Why did I have to realize it too late?

“Na.”

“Hm.”

You still into tulip right?

Sienna mengedipkan matanya sekali. Mendorong mangkuk gelatonya ke depan lalu bersandar.

What a such question?

Because I wanna know, if the tulip still has a chance

Tawa renyah meluncur dari bibir Sienna. Dia tertawa sambil memegangi perut, padahal di depannya Kaleo sedang mengerutkan dahi.

Dia bingung kenapa Sienna tertawa untuk pertanyaannya.

“Na.” Panggilnya agak panjang.

Sorry,” katanya sambil mengusap ujung mata. “I don't even know what you mean.

Because I want to know, if I still have a chance to get you back.

“Lo mau ngasih gue tulip emang?”

“Iya.” Jawab Kaleo yakin.

Sienna tersenyum tipis, membuat jantung Kaleo hampir meledak karena kesenangan.

So, am I still have a chance?

Let's go back, Kaleo.

Jawaban Sienna


I love you, Na.

Sienna menoleh cepat, menatap Kaleo dengan ekspresi terkejut bukan buatan.

I have a crush on you since we grew up together.“

Sienna menarik tangan menutupi mulutnya. Jantungnya berdebar begitu kencang sekarang.

I'm sorry if I was too late, but I want to try.“

Tangannya menangkup dua tangan kecil Sienna dalam genggaman. Menyalurkan semua emosi tak hanya dari kalimat tapi juga tindakan.

“Apa gue masih punya kesempatan?”

Sienna menutup mata, mencoba menyelaraskan hati dan pikirannya.

Tapi saat dia membuka mata, wajah tulus Kaleo dengan cepat mendominasi otaknya.

Aku tidak tahu kalau hal seperti ini akan terjadi.

Dada ku benar-benar di aduk emosi, sampai rasanya kaki ku lemas.

Manusia yang membuat ku pertama kali jatuh cinta menyatakan perasaannya pada ku dengan penuh sungguh.

*Hanya saja debaran itu tak sama lagi. Debaran yang ku rasa tidak membuatku menginginkannya. *

Are you still in love me Na?”

Sienna tersenyum hangat, sambil menggeleng.

Dengan pelan dilepasnya genggaman Kaleo dari atas tangan.

No. I don't love you anymore, Kaleo.”

“Gue udah punya cinta yang lain, dan lo udah gak punya kesempatan itu lagi.”

Senyum yang semula merekah hilang seketika.

Wajah Kaleo sekarang penuh dengan ekspresi terluka. Sedang ekspresi Sienna masih tetap sama.

“Gue udah gak punya perasaan lebih sama lo. Maaf Le, gue minta tolong jangan berusaha apapun. Pemenangnya udah bukan lo lagi.”

Karena sejak aku kembali menginjakkan kaki ke kota ini, perasaan ku bukan lagi milik mu.

Empat tangkai bunga tulip


Sienna tersenyum menatap buket tulip di genggaman.

Ada empat tangkai, berwarna merah muda dan tentu saja Kaleo yang memberinya.

“Makasih ya.” Katanya lembut.

Netranya menatap lekat ekspresi bahagia Kaleo di depan.

Kaleo mengangguk, lalu menepuk kepala Sienna sayang.

“Iya.”

Sienna melambai, setelah Kaleo masuk ke mobil dan meninggalkan halaman rumahnya.

“Huhh,” katanya menghela.

“Makasih banyak Kaleo.”

A surprise


A surprise huh?

Apanya yang kejutan?

Bukan dia yang mendapat kejutan tapi aku.

Yang pertama kali ku lihat sebelum bertemu dengannya adalah dia yang tengah berdiri di depan lelaki lain yang sedang mengutarakan perasaannya.

I love you, Na.

Apa katanya tadi?

I love you?

Ingin rasanya aku masuk dan berteriak pada lelaki itu. Berani-beraninya menyatakan perasan pada perempuan ku.

Tapi kalimat terakhir yang diucapkannya membuat ku sadar siapa dia.

Ternyata benar dia adalah lelaki yang pernah membuat ku ditolak dua kali.

Tubuhku mematung sejenak bahkan kaki ku mundur dengan sendirinya. Jujur saja daripada mendengar jawaban Sienna, aku lebih memilih untuk pergi dari sana.

Ada ketakutan yang tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuhku. Dan aku tak berani mendengar jawaban Sienna.

Are you still in love with him Sienna?