goldenhourr

Kesempatan dari semesta —Dari Kaleo Gilang Raya.


Kami bertemu lagi, dengan aku yang hanya dapat melihat punggungnya menjauh pergi.

Rasanya saat itu, aku ingin berlari, mendekap tubuhnya di antara dua tangan ku dalam-dalam.

Tapi aku masih cukup waras untuk melakukan itu di depan banyak orang.

Hanya saja sekarang otak ku mulai bertanya-tanya, apakah masa depan akan berubah untuk kami berdua?

Apakah benar kesempatan untuk ku masih ada?

Untuk mengetahui itu aku harus mencoba, iya kan?

Sepertinya ini waktu yang tepat untuk mengambil kembali kesempatan yang telah diberikan semesta.

Catatan tambahan untuk Diary yang dipaksa selesai


Sebenarnya aku melihat dia. Dia yang berdiri di ujung ruangan, menatapku dengan tatapan yang tak dapat ku artikan apa.

Benar, itu dia.

Dia yang membuat ku pergi jauh dengan merelakan perasaanku agar dia bahagia.

Dia, orang yang membuat aku pertama kali jatuh cinta.

Kaleo Gilang Raya.

18 Maret 2018


Malam ini pesta pertunangan anak sulung keluarga Davendra. Elang Alkie Davendra.

Suasananya ramai, banyak tamu undangan yang datang tapi ada yang mencolok di balik bayangan.

Kaleo menikmati pesta di belakang sebuah patung sambil menyeruput wine pelan-pelan.

Kepalanya ia julurkan ke depan memperhatikan para tamu undangan dari belakang bayang hitam.

Semuanya biasa saja sampai satu eksistensi perempuan menarik semua fokusnya.

Matanya melebar, napasnya tercekat. Satu nama bersarang di tenggorokan.

Aku melihatnya. Dia yang hilang tapi tak pernah ku cari.

Dia yang pergi karena sakit hati.

Dia yang kini sudah jauh dan tak tahu apakah dapat ku gapai lagi.

“Sienna.” Katanya lirih.

Sienna tersenyum, menoleh pada Elang lalu berjalan menjauh dari pandangan. Tak menyadari jika Kaleo tengah menatapnya penuh rindu di belakang.

Will you marry me?


Malam ini ulang tahun Sienna yang ke dua puluh lima.

Sebenarnya dia tidak ingin merayakan pesta hanya saja sang Mama terus memaksa.

Katanya, “Tidak semua orang bisa merayakan umur dua puluh lima, tapi Mama mau anak Mama merayakannya.”

Karena itu di sinilah Sienna akhirnya. Pestanya minimalis, hanya dihadiri sedikit tamu dan tanpa kue ulang tahun.

Tapi karena ini pesta terakhir untuk ulang tahunnya, Sienna meminta agar satu bucket list yang sangat dia mau dijadikan kenyataan.

Sienna ingin berdansa.

Lagu —The Way You Look At Me— dari Christian Bautista menggema lembut ke seluruh ruangan.

Walau Sienna tidak tahu pasti kenapa lagu itu yang dipilih, dia tetap ikut menikmati.

Diiringi alunan melodi lembut dari biola dan piano yang bersahutan, Sienna melangkahkan kaki turun ke lantai dansa.

Awalnya kakak Sienna, Dipta yang mengajaknya berdansa. Tapi saat dia melakukan gerakan berputar sosok itu digantikan dengan lelaki lain.

Lelaki yang membuat senyum Sienna semakin melebar. Membuat binar di mata semakin membesar.

Lalu dia berbisik, “Cantik.

Sienna tersenyum. Hatinya senang, terlampau senang bahkan.

Dan saat lagu selesai. Saat seluruh ruangan diisi hening.

Dia menatap Sienna tepat ke mata. Menarik tangan Sienna ke depan. Lalu memasukkan cincin berwarna merah muda ke jari manis kemudian menggenggam tangan itu erat.

“Ini yang terakhir.” Katanya.

Will you accept me as someone who will grow old with you?

Will you marry me, Sienna?

Satu buku tak lekang waktu


Dua lelaki itu duduk bersebelahan, menghadap sungai di bawah lampu jalan.

Kaleo tak paham kenapa lelaki ini memintanya bertemu.

Memintanya untuk mundur kah?

“Sienna itu senang sekali menulis diary” Katanya tiba-tiba.

Kaleo mengerutkan kening. Kenapa dia tiba-tiba membicarakan tentang diary.

“Kamu tahu? Dia pernah menulis satu buku penuh kalimat indah hanya untuk kamu.”

“Maksud lo diary yang ada di gue?”

“Bukan itu. Ada lagi satu.” Dia menggeleng, lalu menoleh ingin memperhatikan ekspresi Kaleo.

“Satu buku penuh dengan doa dan harapan, semua hal baik yang pernah kamu lakukan.”

“Dari mana lo tau? Kalau emang ada buku yang lain?”

Kaleo menatap dari sudut matanya. Agak sangsi karena tak tahu apa yang diinginkan lelaki yang duduk di sebelahnya.

“Di dalam hatinya.” Katanya tenang.

“Dia tulis semua cerita kalian di seluruh tubuhnya. Mungkin buku yang dia tulis dengan tangan, dia tinggal di kota ini. Tapi yang dia tulis dengan hati selalu dia bawa ke mana pun dia pergi.”

“Sekarang, apa kamu paham maksud saya apa?”

Diary: Ceritaku untuk bab satu Sienna Gracelynn


Waktu pertama kali kami bertemu, yang paling ku ingat adalah cara bicaranya yang tegas menantang.

Bahkan tatapannya saat itu tajam sekali. Padahal wajahnya terlihat seperti anak anjing kecil.

Awalnya aku tidak menyukai dia. Ada begitu banyak perbedaan sampai dalam sekali lihat pun aku tahu dia tak akan cocok dengan ku.

Dia jauh berbeda dari Kaleo. Cara bicaranya, tatapannya, bahkan caranya memperlakukan aku.

Sebenarnya agak kurang pantas, membandingkan dia dengan orang yang pasti akan selalu menang.

Sampai satu hari itu, dengan keberanian dan kepercayaan diri —yang bahkan pernah ku tolak sekali— dia datang. Menemui aku dengan seikat bunga mawar merah muda.

Lalu, dengan tatapan dan binar mata yang begitu yakin.

Dia bilang begini padaku.

Saya tahu, perasaan kamu itu belum sepenuhnya sembuh. Saya memang orang baru tapi saya mau kamu. Perasaan saya sudah jatuh sama kamu. Karena itu saya punya pertanyaan.

Apa boleh saya bangun rumah di tanah yang sudah gersang? Saya ingin buatkan kamu tempat berteduh. Tempat yang dapat kamu percaya sepenuhnya itu milikmu.

Jadi, apa boleh saya memiliki kamu?

Saat itu jawabanku masih abu-abu. Ada rasa tak tega jika harus menjadikannya pelarian dari cinta sepihak.

Hanya saja, dia tidak memaksa. Dia memilih untuk bertanya.

Satu hal penting yang tidak Kaleo punya. Hal kecil pembeda yang terlihat begitu nyata.

Untuk apa terus memikirkan masa lalu ketika masa depan sudah menyambut ku? Oh, ayolah hati. Kau tahu pasti apa yang ingin kau cari, iya kan?

Hingga di hari ke seratus tiga puluh enam aku menghitung —kebiasaanku— dia tersenyum menatapku lalu menunduk.

“Jika jawaban kamu masih sama tidak apa-apa. Terima kasih sudah memberikan saya kesempatan untuk berusaha. Saya akan pergi jika itu membuatmu jadi lebih bahagia.”

Setelah itu dia menepati janjinya. Pergi, jauh sekali. Sampai membuat ku menangis di tengah malam karena merindukan dia.

Saat kalimat terakhir dari diary ini tertulis di ujung pena, kesadaran menyelimuti otakku dengan cepat.

Aku telah jatuh cinta pada lelaki yang sudah ku tolak dua kali.

Dia di mata Sienna


Dia itu apa ya...

Lelaki yang paling aku cinta.

Iya, dia yang pernah ku tolak dua kali ternyata adalah lelaki yang membuat ku tidak dapat hidup tanpa dia.

Awalnya ku pikir ini karma, tapi kak Dipta bilang kami berdua memang diciptakan untuk bersama.

Dan aku, tentu saja setuju.

Ternyata akhir dari sakit hati ku membuahkan pertemuan manis yang sampai aku tua pun tak akan pernah ku lupa.

Aku mencintaimu. Kamu yang telah menjadi suamiku.

I love you to saturn and back Noel Mavendra

Just for today


Langit merah senja di ujung laut terlihat menawan, dengan ombak kecil yang berlomba-lomba datang.

Kaleo terpana melihat Sienna tersenyum bahagia bermain-main di bibir pantai. Gadis itu cantik sekali. Tapi baru sedetik dia tersenyum ingatan tentang Sienna yang memintanya untuk berhenti terlintas di kepala.

Sienna bilang ini yang terakhir. Karena itu Kaleo sengaja memilih tempat yang paling Sienna suka.

“Sienna,” panggil Kaleo sambil mendekat dengan buket tulip di tangan. “Gue tahu ini yang terakhir, tapi biarin gue jatuh sejauh-jauhnya sama lo. Biarin gue mencintai lo walau hanya untuk hari ini, ya?”

Tangan Kaleo terjulur. Bunga tulip merah muda itu terlihat begitu pas ditangan Sienna.

Senyum Sienna merekah, ditatapnya Kaleo dengan binar mata yang semakin membuat Kaleo jatuh.

Tapi, Sienna menjawabnya dengan gelengan kepala. Tak ada suara, hanya satu gestur yang dengan jelas mengatakan jika Sienna tak menginginkan cinta Kaleo diberikan padanya.

Lalu tatapannya teralihkan. Ada lelakinya tak jauh dari mereka, tengah terdiam menatap Sienna lalu menunduk hendak pergi.

Tanpa berkata apapun, Sienna pergi, berlari sambil tersenyum manis dan memeluk lelakinya.

“Ayo, pulang.” Katanya.

Sienna mengecup pipi sang kekasih dengan mesra, melupakan eksistensi Kaleo di belakang dengan buket tulip masih di tangan.

Selamat — Dari Sienna.


Tepat dua tahun ya.

Rasanya seperti sebuah kebetulan. Saat kamu mengumumkan pertunangan, hari itu juga hati ku sembuh sepenuhnya.

Aku senang karena dua hal. Pertama karena pertunangan mu.

Dan yang kedua. Ketika perasaan yang ku simpan selama lima tahun akhirnya berakhir.

Selamat ya kalian berdua. Juga selamat untuk hatiku karena telah sembuh dari rasa yang tak seharusnya ada.

Aku turut berbahagia.

Sekali lagi selamat, aku tak akan pernah bosan berharap kalian bahagia sampai tua.

Kalindra selamat. Akhirnya kamu berhasil menemukan lelaki yang selalu kau ikutkan dalam doa. —Dari aku, Sienna temanmu.

Kaleo kamu juga selamat. Karena telah memilih siapa yang akan bersanding denganmu hingga tua. —Dari aku, teman mu sejak dua belas tahun lalu.

Pantai dan ingatan — Kaleo


Hari ini aku mengajak Kalindra ke pantai lagi. Sebenarnya ini permintaannya, dia bilang ingin merasakan angin laut menyapa wajahnya.

Rasanya sudah sangat lama, padahal aku sering ke sini sendiri.

Hari minggu ini langit biru tanpa awan, cerah sekali tapi awan hitam siap jadi badai di kepalaku. Penuh sesak, sampai rasanya sulit untuk bernapas.

Ku tolehkan kepala melihat Kalindra yang tengah menutup mata. Wajah cantiknya seperti biasa menawan tapi rasanya agak berbeda.

Setiap melihat wajahnya, kilasan dari mimpi ku waktu itu kembali muncul.

Bodoh sekali, kenapa aku baru sadar setelah aku melangkah sejauh ini. Kenapa baru dapat ku bedakan ketika semua hal sudah terjadi.

Tatapanku akhirnya bertemu dengan Kalindra. Sendu, itu yang tangkap dari ekspresi wajahnya.

Lalu, satu kata yang sama terucap secara kebetulan.

“Maaf.” Katanya.